Wednesday, October 7, 2020

Segala Hal Itu Mudah

Tugas NS-D3
Segala Hal Itu Mudah
Oleh : Puji hasti
Malam ini Jid datang berkunjung. Semua cucu berhamburan menyambut kedatangan Jid, Haka adalah yang terakhir hadir menyambut. Sejak pagi dia sangat sibuk membereskan rumah, merapikan kamar untuk Jid dan membantu Ummah memasak makanan kesukaan Jid.
" Marhaban Jid. Marhaban ahlan wa sahlan." Haka menciumi tangan jid dengan penuh cinta dan khidmat.
“ Masya Allah ... Haka cucuku, Sudah sampai mana hafalan Al Qur’anmu ? “ Tanya Jid.
“ Alhamdulillah, berkat do’a Jid, sudah selesai 30 Juz.” Haka membungkukan punggung sebagai penghormatan.
“ Khair … Semua itu mudah dengan barokah Rasulullah Muhammad saw dan keluarganya yang suci.” Jid mengusap kepala Haka.
Hanya sebentar Jid duduk melepas rindu, dikelilingi cucu-cucunya. Tetangga mulai berdatangan, mengucapkan selamat datang pada Jid. Bahkan entah orang dari mana saja, mulai memadati ruang tamu yang luas.
Sebagian dari mereka memohon doa dari Jid. Ada orang-orang sakit, minta doa untuk kesembuhannya. Ada orang terbelit urusan pelik, meminta doa dan nasihat agar urusannya lancar. Dan bermacam urusan lainnya.
Jid menolong mereka hanya dengan doa-doa yang diajarkan Nabi Muhammad saw dan keluarganya. Sebagian besar pengobatan Jid adalah dengan membacakan ayat2 suci Al Quran.
Ketika satu persatu menghadap Jid untuk menyampaikan permasalahannya, Maka sebagian besar hadirin saling menceritakan karomah Jid, yang pernah mereka rasakan langsung.
Haka tidak merasa aneh mendengar cerita orang-orang semacam itu. Sejak kecil dia mendengar orang-orang menyampaikan berbagai pengalamannya ketika ditolong oleh Jid.
Hanya saja yang haka dengar dari abah, jauh lebih mencengangkan, andai mereka semua tahu.
Orang-orang berkumpul datang dan pergi, hingga larut malam. Haka sibuk menghidangkan kue-kue dan minuman untuk para tamu. Setelah itu dirinya menyegerakan tidur.
Besoknya, terlihat kesibukan keluarga dan saudara-saudaranya bersiap-siap akan pergi wisata ke kebun binatang. Haka mempercepat mencuci bertumpuk-tumpuk cangkir, gelas, piring, dan sendok, bekas tamu tadi malam.
Setelah selesai, dia menghadap abah di ruang kerjanya.
“ Abah ..., izinkanlah saya ikut pergi wisata bersama keluarga besar.” Pintanya dengan halus.
“ Mintalah izin dari Jid “ Jawab abah. Haka segera beringsut mendekati Jid.
“ Jid, bolehkah saya pergi wisata? “ ucapnya sambil menunduk.
“ Yaaa tentu saja boleh Haka. Dengan syarat ..., bacakan dulu hafalan Al Quranmu di depan Jid.” suara Jid terdengar jelas dan tegas.
“ Baik Jid. Surat apakah yang harus saya baca ?” Haka yakin surat apapun yang diminta Jid, akan mampu dia bacakan.
“ Bacakanlah sebagaimana tertulis dalam Al Qur’an, Haka. Bacakan pada Jid dari mulai halaman satu hingga terakhir.”
Haka tersentak. Dilihatnya jam dinding, terbaca Jam 08.30. Hatinya ciut membayangkan bagaimana saudara dan keluarga besar, harus menunggu dirinya, mengkhatamkan seluruh ayat dalam Al Qur’an.
Tapi rasa hormat dan cintanya pada Jid, hanya memberi satu pilihan dalam hidupnya yaitu taat tanpa membantah. Maka dia sejenak menahan nafas, lalu segera menganggukan kepala dalam-dalam.
Jid meraih tubuh Haka dan memangkunya pada paha kirinya.
“ Bacakanlah Haka, Jid akan menyimak.” perintah Jid.
Haka memusatkan fikirannya pada hafalan quran, dia tak mau lagi mengingat tentang wisata keluarga. Dia mulai taudz memohon perlindungan Allah dan basmalah mengharap kasih dan sayang Allah.
Lalu mulai dilatunkannya bacaan surat Alfatihah, Al Baqoroh, Ali Imron, An Nisa dan seterusnya. Larut dia dalam kalam ilahi, hingga terlampaui juz demi juz. Terkadang matanya terpejam, terkadang menatap wajah Jidnya.
Mulutnya terasa kering dan tubuhpun terasa letih. Ketika akhirnya bacaan masuk pada awal Juz Amma, Juz terakhir, Haka berfikir hari mungkin sudah malam.
Dibacanya surat demi surat pendek dalam Juz Amma dengan tartil, hingga tiba pada akhir surat An Nas. Ditutupnya dengan ucapan,
“ Shadaqollahul Adzim …” Dibuka matanya, tampak wajah Jid tersenyum padanya.
Jid memeluk tubuh kurus Haka dan mencium keningnya. Haka lega, tapi sadar bahwa ini berarti, dirinya tidak ikut wisata ke kebun binatang.
Memahami yang dipikirkan cucunya, Jid menoleh pada jam dinding. Otomatis Haka mengikuti arah pandang Jid. Terlihat jam dinding menunjukkan 08.30. Haka bingung, menggigit bibirnya yang bawah. Jid hanya tersenyum dan mengangguk.
Haka tetap bingung, apakah jam dinding ini rusak ? Sedikitpun jarumnya tidak bergeser dari pertama dia taudz sampai khatam 30 juz.
Ataukah ..., sebenarnya hari sudah berjalan tepat 24 jam. Sehingga dia mendapati jam dengan posisi jarumnya, kebetulan tepat sama dengan yang terakhir dia lihat.
Saat Haka keluar dari kamar abah, dilihat saudaranya berlarian masih mengenakan baju yang sama. Begitu juga posisi barang dan keranjang2 makanan yang akan dibawa wisata, semua masih di posisi yang sama, dengan isi yang sama. Kening Haka berkerut.
Haka bergegas ke tempat mencuci piring. Semoga disana ada jawaban atas kebingungannya.
Disapukan pandangannya pada posisi cangkir, gelas, sendok, piring ... semua masih di posisi yang sama. Tepat sebagaimana keadaan terakhir Haka usai mencucinya.
Tess ... Teess ... !! perlahan air masih menetes dari gelas-gelas yang diletakan di bagian atas rak cuci piring.
Diraba piring dan sendok, basah … ini semua masih basah. ooowh ... !!
Dan dia dapati busa sabun pada spon pencuci piring, berdesis lirih, menghilangkan gelembung-gelembungnya lalu luruh menyatu dengan air sabun.
" Berarti, saya memang baru saja selesai mencuci piring, lalu bergegas masuk ke kamar abah. Lalu ... " Bisik Haka lirih. Yaa Lirih seperti desis gelembung yang luruh menyatu pada air sabun.
Jiwanya kini bagai gelembung sabun yang ingin lebur luruh dan menyatu dalam jiwa Jid.
Sayup terbayang wajah Jid jika sedang mengatakan,
“ Semua hal itu mudah, dengan barokah Rasulullah Muhammad dan keluarganya yang suci.”
#literasi_positif_bersama_nirania
#nona_squad
#penulis_perempuan
#Day3
#serial_hakadanasti

No comments:

Post a Comment