Monday, October 5, 2020

Kamar Nomer 13




Kuedarkan pandangan pada kamar berukuran sekitar 5m x 6m. Rasanya terlalu luas untuk tidur satu orang. Cat tembok dan langit-langit, warnanya sudah tidak rata. Lantai ubin abu-abu jauh dari kata mengkilap. Jendela tinggi dan besar, tirainya bergerak-gerak. entahlah mungkin daun jendelanya belum ditutup.
Kulangkahkan kaki mendekati ranjang besi ukuran king di tengah ruangan. Bed cover putih kusam menutupi kasurnya. sebuah guling bersampul putih diletakan ditengah Kasur, bikin perasaanku kurang nyaman. Guling ini malah terlihat seperti pocongan jadinya.
Kusimpan ransel dan tas pinggang di depan meja rias. Aku baru sadar bahwa cerminnya retak ditengah. Bayangan wajahku terpantul aneh dalam cermin itu. Lewat cermin kulirik sisi kanan kamar, terlihat kamar mandi yang pintunya terbuka sedikit. Ah, ada rasa enggan untuk mendekatinya.
“ Aku Lelah … sangaaat Lelah. Siapa peduli kalau malam ini aku ngga mandi. Pokoknya cepet tidur. Besok lanjutkan rute ke Jogja. Masih tersisa tiga kota yang harus aku survey untuk proyek ini. “ Celotehku dalam hati. Kuhempas tubuh di ranjang tua penginapan ini.
“ KREEEK … kriut … kreeett. “ Begitu bunyi yang terdengar setiap aku berpindah posisi tubuh. Ngga asik banget ini ranjang, berisik sendiri di tengah sepi.
Gara-gara Adam nih, kami berempat nyangkut di penginapan di pinggiran kota Gombong. Adam keukeuh ingin ziarah dulu ke makam buyutnya. Toh juga akhirnya ngga ketemu. Bahkan sempat tersesat saat bergerak dari satu pemakaman ke pemakaman lainnya.
Beginilah kalau urusan kerja dicampur urusan pribadi. Besok aku harus bahas hal ini dalam meeting di Jogja. Tapi sudah terlalu banyak aku dan dia bertengkar dalam setiap meeting. Ah, akan kupikirkan lagi besok. Sekarang tidur duluuu …
Tak kudengar lagi bunyi ranjang berderit. Hmm ... berarti tubuhku sudah hampir tak bergerak. Tidurlah tubuhku, tidurlah pikiranku.
Tiba tiba Aroma khas dan kuat tercium. Aroma kemenyan dibakar.
“ Aaakh … kenapa pula orang kampung ini harus bakar-bakar kemenyan segala. Memangnya mereka ini keluarga dukun atau apa?” Keluhku dalam hati. Bau ini menawarkan rasa ngeri, bikin aku sulit untuk tidur.
Kukendalikan perasaan dengan mencoba menghadirkan sisi rasionalku. Kugali data dikepalaku terkait kemenyan. Aku ingat bahwa masyarakat kota Gombong memang penghasil kemenyan. Kemenyan dari Gombong adalah komoditas eksport yang laku keras di dunia.
Di timur tengah, kemenyan dipakai untuk upacara kenegaraan dan ritual keagamaan. Lucunya, di Gombong dipakai campuran tembakau yang dilinting dengan kulit jagung seadanya, jadilah rokok. Rokok tersebut biasa dihisap oleh bapak tua dan kakek-kakek, bahkan saat ke WC. Nah mengingat hal seperti ini, aku senyum sendiri dan mulai bisa relax lagi ...
Tiba tiba lampu pijar di langit langit kamar berkedip. Aku segera terduduk dan menatap lampu itu dengan panik.
“ Hadeuh, apa pula ini. Jangan bilang ini artinya sang lampu berpamitan untuk padam yaaa. Plis lampuu pliiis.“ Dan tiba tiba …
“ patss … “ Lampu itu benar benar mati. Aaargh !!
Segera kupijit HP untuk memberi penerangan. Kuhubungi Adam lewat WA
“ Woi Dam, ini penginapan apaan sih kacau banget. Udah jelek pake mati lampu segala.”
Klik, kupijit tombol sent
Kuperhatikan chat dariku tidak juga terkirim. Bahkan centang satupun tidak. Kulirik layar HP di pojok kanan atas, astaga pantas aja sinyal cuma satu garis yang paling kecil.
Huh, luar bisa menguras emosi. Daripada tidur di penginapan kacau begini, aku pilih lanjut saja perjalanan ke Jogja, tidur bisa di mobil, pikirku. Driver, biar aku glonggong pakai kopi.
Kutelpon Adam, untunglah terhubung. Lalu terdengar nada sambung. Tapi HAAAH ... bulu kuduk berdiri. Nada sambungnya lagu lingsir wengi.
“ Aaargh, Adam sialan, dasar bangsat tengik. “ Caci maki berhamburan dalam hati.
Biar kulabrak saja orang itu. Aku bergegas ke arah pintu. Kuraih handel-nya yang dingin. Oh Tuhan , parah juga ini handle, ngga bisa diputar. Terpaksa aku simpan dulu HP, di saku.
Sekarang kedua tanganku bebas mencoba memutar anak kunci dan handle pintunya sekaligus.
“Aaaah , harusnya kan di posisi ini pintu sudah bisa dibuka! “
Berdiri mematung dalam kegelapan, Aku berusaha keras menguasai diri agar tidak panik. Seluruh harapanku hanya pada Allah tuhanku. Kutarik nafas Panjang dan kurapal ayat qur’an dan doa-doa sebisaku.
Aku pegang lagi handle pintu dan kuhentak-hentak. Sekali ... dua kali, tak berhasil. Ketiga …
“ BRAAK … glutak !” Pintu terbuka bersamaan sebuah benda jatuh. Cahaya remang koridor di depan kamar menyelinap masuk menerangi kamarku.
Kupungut benda yang barusan jatuh seiring pintu terbuka. Oooh…, hanya papan nomer kamar. Tertulis “12A”. Kucoba cantelkan lagi dipintu. Ditempat itu ada tulisan samar namun masih bisa terbaca dengan jelas “13”.
“ Adam sialaaan … apa maumu menempatkanku di kamar nomer 13. Awas kamu !!” Bisikku dengan geram.

*****************

Cerpen " Kamar Nomer 13 adalah Tugas 2.1 di kelas JW83.
Tulisan ini adalah tantangan balik dari soulmate ca'em
Yessy Eria. Dan t
ernyata, jadi ketagihan nulis horor. Coba deh klik cerita misteri aku yg bau-bau horor juga.

Pernah juga sih ditantang nulis Romance. kayak gimana ceritanya? klik link yg ini yaa ...

Nah, teman-teman boleh tulis pesan, saran atau komentar di kolom dibawah ini ya. Makasih ...




No comments:

Post a Comment