Monday, October 5, 2020

Jika Kau Tanya Tentang Hatiku

Tugas 2.2 JW83
( Challenge dr soulmate
Yessy Eria
)
HATIKU
Oleh : Puji Hasti

Hidup di dunia ini ibarat wayang. Ada dalangnya dan ada ceritanya. Hanya saja beda kita dengan wayang adalah, kita punya kesempatan untuk merubah skenario cerita. Salah satunya dengan DOA.

*****************

Pertama kali aku silaturahmi ke rumah beliau, aku hanyalah seorang ibu hamil yang rempong dengan dua anak balita.
Saat itulah kami berkenalan. Aku tak bisa lupa dengan pertanyaannya yang unik. Beliau bilang,
“ Bolehkah saya tahu, bagaimana dulu ayah dan Ibumu biasa memanggil.” Nada bicaranya sungguh lembut, kebapakan.
Seketika aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan, menyembunyikan rasa malu. Terbayang di masa kecil aku kesulitan menyebut namaku sendiri. Dan karena aku anak bungsu yang dipanggil oleh kakak-kakak dengan sebutan Ade, jadilah aku di dalam rumah bernama Ade.
“ Dulu, saya biasa dipanggil ‘Ade’ oleh ayah dan Ibu.” Jawabku sambil tersenyum lebar.
“ Bolehkah saya juga memanggilmu dengan sebutan Ade ? “ Tatapnya teduh dan usianya kira kira sama dengan ayahku. Dua hal itu membuat aku rela dipanggil dengan nama kecilku. Maka aku mengangguk.
“ Emh … Mohon maaf. Bagaimana saya harus memanggil anda ?” Aku balik bertanya.
“ Panggil saja ‘Abah’. Sebagaimana anak-anak saya memanggil saya.” Jawabnya.
Aku terbelalak. Apa aku ngga salah dengar? Setahuku keturunan Nabi Muhammad dari kalangan ulamanya dipanggil dengan sebutan Habib atau setidaknya ustadz.
Aku nekat, menanyakan silsilahnya sampai Rasulullah saw. Dan beliau spontan menyebutkan rantai silsilah mulai dari nama dirinya hingga Nabi Muhammad saw. Pada beberapa nama yang disebut, aku cukup mengenal biografinya. Mereka adalah ulama-ulama besar dan terbaik di zamanya masing masing.
Ah aku jadi malu, sungguuuh malu. Siapalah aku ini ! sampai memanggilnya abah dan beliau memanggilku dengan panggilan orang tua kandungku di masa kecil.
Sepanjang pertemuan pertama itu, lisannya hanyalah mengungkap ilmu. Dalam pertemuan yang bentuknya ngobrol, maka sesekali tak sengaja terselip ucapanku,
“ Mohon doa abah agar saya … bla bla bla … “
Sungguh ajaib, setiap beliau mendengar kalimatku seperti itu, seketika beliau memutar tubuh dan wajahnya ke arah kiblat. Diangkatkannya kedua telapak tangan untuk berdoa. Dan yang aneh adalah, selalu diposisi itu air mata mengalir di pipinya.
Di tengah obrolan, beliau memperhatikan kedua anakku yang asik bermain berdua. Kemudian di depan kami, beliau membuat teh manis di gelas besar. Lalu separuhnya dituangkan pada cangkir-cangkir kecil untuk anak-anakku. Separuhnya lagi diminum olehnya sendiri.
Di akhir pembicaraan, beliau bertanya tentang kehamilanku, katanya
“ Apakah sudah tahu, yang di perut itu bayi perempuan atau laki-laki ?”
“ Belum Abah, saya tidak menyiapkan anggaran untuk USG.” Jawabku apa adanya.
“ Aaah, kalau begitu biar abah tanyakan pada yang membuatnya.” Jawaban ini bikin aku bingung, bagaimana maksudnya. Tapi beliau segera meninggalkan aku, menuju ke mihrobnya.
Saat kembali beliau berkata,
“ Ade, anak ini laki-laki. Mintalah ayahnya untuk segera menyiapkan nama.”
DUERR… !! aku tambah bingung dan bengong.
Ketika akhirnya aku pamit untuk pulang. Sekali lagi beliau masuk ke ruang dalam rumahnya. Tak lama kemudian, menemuiku lagi. Ditangannya ada seplastik air bening.
“ Ade, maafkanlah Abahmu ini tidak punya oleh-oleh. Tapi ini ada seplastik air, abah sendiri yang menimba dari sumur. Abah sendiri yang merebusnya. Abah sendiri yang menempatkannya dalam plastik disertai doa-doa untuk Ade dan anak ade yang diperut. Minumlah nanti di rumah diiringi doa-doa terbaik untuk putramu yaa …” Katanya menutup pertemuan pertama kami.
Seperti itulah pertemuan pertamaku dengan beliau.

*********

Yessy my soul mate, Jika kau tanya tentang hatiku
tebaklah ... seperti apa kira-kira ?
Dan izinkan aku berbagi satu saja kalimat yang kudengar darinya dalam obrolan pertama kami. Beliau berkata,
“ Ade, perbanyaklah berdoa. Sebab andai bukan lantaran doa-doa kita, sungguh kita ini tak layak dipandang oleh Allah swt ( saking banyaknya dosa ). “

No comments:

Post a Comment