Wednesday, January 18, 2023

Indomie Tanpa Mie


Rinai gerimis di pagi yang dingin. Jam 8 baru saja lewat, lalu lintas di depan café cukup ramai. Beberapa sepeda motor berhenti. Pengemudinya membeli sarapan tanpa turun dari kendaraan mereka.

Tiba-tiba Mobil merah berhenti di area drive thru. Kaca jendela mobil turun perlahan.  Wanita setengah baya melongokan kepala. Pandangan matanya disapukan ke deretan sarapan yg dipajang.


“ Apakah disini jual indomie kuah ?” Tanya wanita tersebut.

“ Ada tante. Take away atau dine in ?” Jawab si Boy dengan ramah

“ Dine in deh, supaya bisa disantap panas-panas .” Jawabnya.

“ kalau begitu silahkan menunggu di dalam. “ Si Boy mengarahkan ke pintu masuk area dine in. 

Seorang lelaki seumuran wanita tadi, turun dari belakang kemudi. Mereka memilih tempat duduk di meja nomer 2.


Si Boy menunjukkan tempat cuci tangan, lalu menyerahkan buku menu.

“ Pesan Indomie tiga ya Dek.” seru si Tante. Si Boy terlihat bingung.  Bukankah orangnya Cuma dua, tapi pesan indomie tiga.

“ Taaapi … jadiin satu mangkok “ Tambah si Om.

“ Ooooow ? … siap Om “ Si Boy memberi isyarat hormat.

“ Jangan lupa pake telor tiga juga ya. “ Ujar si Tante

“ Taaaapi mie nya disingkirkan saja” Sekali lagi si Om menambahkan.

“ Whaa … ? oh oke, siap Om … ehm berarti di magkok tersebut tidak ada mie, hanya ada kuah dan telur, begitukah ? Si Boy memastikan.

“ Yup, kamu cerdas “ Si Tante memberi jempol.


Si Boy bergegas ke dapur. 

“  Bun ! pesan Indomie tiga , dengan telor tiga, tapi mie nya disingkirkan “ kepala Si boy nongol di pintu dapur. 

“ Haaaah ... random sekalee ... “ Aku berguman sambil tertawa, Si boy ikut tertawa lalu kembali ke depan.


" Bismillah ... " Kupikir ngga harus lah aku buka kemasan Indomie, mengambil bumbunya lalu menyisihkan mie nya. Ini saat yang tepat untuk bereksperimen.

Aku Langsung bikin kuah panas, jemariku mengusap rak bumbu dengan cepat.

Untuk rasa aku pilih bumbu soto instant. Tabur deh di kuah.

Untuk mengoreksi rasa aku bubuhkan garam dan bubuk kaldu sapi. 

Untuk aroma aku tambahkan tumisan bawang putih halus. Kebetulan di dapur cafe selalu ada Pernik begini.


Sembari nunggu kuah mendidih ...

Aku didihkan air di wajan yg berbeda. Kemudian aku ceplok tiga telur dengan hati2 supaya bentuknya utuh terutama kuning telurnya. Setelah itu telur di tiriskan.

Di dalam mangkuk ukuran sedang , aku guyur bergantian kuah berbumbu dan telur. Selanjutnya dihias daun selada, terakhir ditabur bawang goreng.

Mangkok ditata atas baki bersama tiga mangkok mini masing-masing berisi rawit iris, bawang daun seledri yg diiris, dan satu lagi berisi bawang goreng. Taraaa ... siap sudah !

Aku pijit bel, Si Boy muncul lagi dengan wajah sumringah, lalu membawa baki tersebut ke meja nomer dua.

Hujan masih gerimis. Pengunjung café datang dan pergi. 30 menit kemudian Si Boy masuk dapur dan mengembalikan baki dari meja nomer dua. Owh berarti pelanggan sudah pergi.

Aku sigap memeriksa, apa yg habis apa yg disisakan pelangan. Kebiasaan seperti itu memberi aku banyak kesimpulan tentang selera customer.

Daaaan … Olalaaa … satu mangkuk indomie tanpa mie, pesanan Om dan Tante bermobil merah, ternyata ludes. Kuahnya juga habis. Hanya satu yang tampak utuh, rawit iris di mangkuk mini hahaha. 

Alhamdulillah … pesanan random pagi ini bisa diselesaikan. Semoga saja mereka memang puas.

#30hariberceritaH-3

Belok Kanan Bubar Jalan


Siang yang panas terasa ceria, Lelahpun seakan tak terasa. 
Hari ini akan kutulis sesuatu, secara suka-suka. Tulisan perdana, dalam event 30haribercerita.

Ratusan ide cerita berjejal di kepala. Ribuan kalimat bergejolak, minta diabadikan dalam aksara. 

" Aduh tunggu yaaa … tungguuu. Sabar yaa … Moga nanti siang sempat menulis, walau sejenak waktu. " Ucapku pada diri sendiri. 

Ba’da duhur, kutarik laptop dan " Bismillah … "
dengan senyum riang kutatap layar Ms Word yg masih putih bersih 



Baru saja meletakan tangan di atas keyboard, tetiba asistenku menyodorkan HP bisnis. 
Di bagian atas layar HP terbaca nama I***i YB. 

“ Mba pesan 50 lagi ya, samain aja dengan kemarin. Diambil besok pagi. ” 

Ini adalah chat dari seorang customer-ku yang loyal. Pesanan dia memang tanggung jawabku. 

Dibawah nama dia tertulis ONLINE. Berarti dia tahu bahwa aku sudah membaca pesannya. 
Demi kepantasan, aku harus segera menjawab. Apakah aku terima atau tidak pesanannya. 

" Terima atau tidak ? Terima atau tidak ? Oh Tuhaaan … Bagaimana dengan rencanaku untuk menulis. Kenapa secepat ini rencana kecilku terhadang." Rintihku dalam hati.

Aku terhenyak … tertunduk. 

Sebagian jiwaku berteriak
“ Wirausaha tuh jangan setengah-setengah ! Harus bikin customer betah, layani dengan lahir batin yang sumringah !”

Separuh jiwaku yg lain berontak
“. Kerja, kerja, kerjaaa … aja terus. Mana waktu untuk sekedar menulis. Uang dicari akhirnya juga ditinggal mati. Tulisan adalah karya yg tetap hidup setelah kita mati.“ 

Dalam diam kudengarkan pertengkaran dalam batinku. Terasa Lelah dan semakin Lelah …
Dengan mata terpejam, kusandarkan kepala ke dinding. 
Pada akhirnya aku harus memilih … 

" Tulisanku adalah urusan yg terkait diriku sendiri. Sedangkan Pesanan ini, adalah bagian dari sebuah mata rantai. Kalau diabaikan … akan ada orang-orang yg berkurang pekerjaannya, dan akan ada supplier yg berkurang penghasilannya." Aku segera memutuskan.

Sejenak kemudian … 

“ Haaai selamat siang Bunda, senang menerima pesanan Bunda. Segera saya siapkan pesanannya seperti yg kemarin. Saya akan kabari Bunda besok pagi setelah selesai di-packing. “ Klik enter. 

Ku kirim chat balasan dengan menyelipkan berbagai emoticon ceria. Sekedar untuk menyembunyikan segenggam kecewa yang bertahta di dada. 

" Bismillah … "
kuseduh kopi dan kuaduk perlahan. Siap untuk belok kanan, mengalihkan focus demi memenuhi pesanan pelanggan.

Wahai ide cerita dan sejuta kata-kata, mengendaplah lagi di kepala. Esok lusa kupanggil lagi kalian, tanpa euphoria. 

#30hariberceritaH2

Buat teman-teman yg belum tahu event 30hari bercerita bisa baca tulisanku sebelum ini yaa :
30 hari Bercerita 

Yang mau baca kisah-kisahku selanjutnya boleh baca mulai dari yg ini
Indomie Tanpa Mie

30 Hari Bercerita


Iseng klik logo FB. Bwahahaa ... auto ngakak, saat nyadar bahwa aku terakhir posting di FB tanggal 4 Maret 2021 … Yes hampir dua tahun ga mampir sini.. Kemane aje siiih ? 

Ngebut scroll lihat postingan sobat-sobat penulis dari berbagai komunitas menulis. Aiiih tulisan mereka makin gurih dan renyah. Berhenti dulu ah , di akun Esti Kurnia.
Ahaaa … aku perhatikan disetiap posting ada hastag #30haribercerita.

Hmmm … rasanya Si Bungsu juga pernah ngobrol ttg event 30haribercerita. Event ini digelar hanya di setiap bulan Januari. Jadi, pada event ini, kita harus memposting tulisan 30 hari berturut-turtut, tanpa skip. Aduuuuh ... ngiler sih pingin gabung. 

Aku ingat nasihat guruku. Menulislah setiap hari ! Andaipun sangat sibuk, tulislah meski hanya sebaris kalimat. 
Aku mengabaikan pesan ini bertahun-tahun. Lalu apa dampaknya ? Pas mau nulis lagi, oow … tulisanku mirip tulisan asal-asalan anak kelas 2 SD pada tugas  Bahasa Indonesia di sekolah. 

Lihat tulisan yang sedemikian jelek, ahirnya malah jadi tambah males untuk menulis.



Nah dengan gabung di event 30 hari bercerita, Harapanku setidaknya aku mulai melenturkan lagi jemari untuk menari diatas keyboard. Ga peduli bagaimanapun hasilnya nanti. Ya posting mah posting aja lah.  ehehee …

Bisakah aku konsisten menulis ? Semua harus dicoba, setelah itu, biarkan sang waktu yang akan menjawabnya. 
Lah ini kan event khusus bulan Januari. Dan Januari nya juga udah lewat setengah bulan … 
Hehehe gapapa, kalau emak-emak tuh diskon 50% malah asik kan ? Wkkk 

#30haribercerita
#30hariberceritaH1

Nah, teman-teman ... 
Baca juga cerita aku di hari-hari selanjutnya di event 30haribercerita yaaa :

Belok Kanan Bubar Jalan, kisah tentang dilema menyisihkan waktu untuk menulis

Indomie Tanpa Mie, kisah random dari suatu cafe di Andara


Tuesday, October 11, 2022

Waktu Tak Pernah Menunggu

Rasanya baru kemarin …

senyum dan sapa pertama kita 

di pelataran parkir Sekolah. 

Kita sama-sama mengantar dan menjemput  

balita-balita kita 

yang sudah mulai berseragam Sekolah Dasar.


Rasanya baru kemarin …

Menjalani enam tahun yang seru, 

berjilid-jilid diskusi terkadang debat 

di rapat-rapat orang tua murid. 

demi kebaikan proses pendidikan anak-anak kita


Rasanya baru kemarin …

Saat akhirnya kita berbagi tugas 

untuk bikin bagus prosesi upacara perpisahan SD 

putra-putri yang mulai beranjak remaja.


Setelah itu … waktu berlalu, 

dan kita tetap bersama 

nge-mall,

wara wiri maksi 

ngopi-ngopi cantik 

sampai koalisi bisnis 


Hingga Tiba-tiba … bulan ini 

Satu dari kita menghadiri wisuda sarjana, putranya

Dan tiba-tiba … malam ini 

Satu dari kita menggelar resepsi pernikahan, putrinya


Yaa ... satu dari kita menjadi mertua

mer-tua alias moro tuo 


Setelah satu dari kita menjadi mertua

Yang lain akan segera bersusulan


Dan seperti itulah nyatanya, 

waktu tak pernah menunggu

Kita telah menua bersama


Hingga detik ketika 

Satu demi satu putra putri tercinta 

Melangkah meninggalkan kita

Menempuh hidupnya yg baru

Dalam hening 

saat kesadaran bening

Nyatalah 

yang tersisa hanya sesama kita

sahabat lama, teman seusia

berbagi hangat persaudaraan

menuju pengujung waktu



Auditorium Buya Hamka, Al Azhar Blok M, Jakarta

12 Rabiul Awal 1444 H




Thursday, August 18, 2022

Bisnis Semudah Bernafas

Pernah terpikir, kenapa teman-temanku dari Bali pinter nari, membuat patung dan pekerjaan-pekerjaan Seni lainnya. Faktanya ayah ibunya seniman. Kerabat dan tetangganya kebanyakan seniman. 

Apakah ini faktor genetik atau pengaruh lingkungan ? Lantas, Aku yang lahir dari kaum urban, tercerabut dari akar leluhur bagaimana cerita nih ? ahahaaa ...

Cerita dikit yaaa …

Waktu kecil, setiap sore aku ngaji di sebuah mushola. Mushola itu tepat di belakang rumah ustadz kami . Pekerjaan pak ustadz adalah membuat aneka pakaian berbahan kaos. 

Orang menyebut usahanya adalah konveksi. Jarak konveksi dengan Mushola kurang dari 1 meter. Jadi konveksi adalah pemandanganku setiap sore yaaa … hehehe.

Ketika masuk SMP, aku hobby lari pagi (eh jalan sih … wkkk ) setiap Minggu pagi. lintasan yang kulewati sepanjang 4.8 km adalah sentra pengrajin kaos. Lagi-lagi lingkungan terdekatku adalah konveksi. Uhu uhuuu …

Teman sebangku di SMP adalah sahabat dekat sampai sekarang. Adiknya mempunyai usaha konveksi. Produk utamanya kaos, tapi aku tahu dia biasa mengerjakan seragam sekolah mulai dari kemeja, rok sampai jaket almamater.  

Saat aku SMA, abangku kerja di Tanggerang. Jaringan pergaulannya di Tanggerang, banyak memerlukan seragam. Abang sering dapat pesanan kaos, sebab sablonan yang di desain oleh abang disukai banyak orang. 

Aku yang stay di Bandung, sering diminta menguruskan pesanan abang, ke berbagai konveksi di Bandung. Aku memeriksanya, lalu mengirimkan ke Tanggerang. 

Terkadang, aku harus menunggu barang pesanan di konveksi tersebut. Menyaksikan semua kegiatan di workshop, mulai dari memotong bahan, mengobras, sampai packing.

Suatu saat, teman abang dari Jogja menemuiku, di Bandung. Dia perlu 1000 kaos promosi untuk sebuah perusahaan. Dia menentukan budgetnya. Sekali dengar saja, aku tahu ke mana aku harus bergerak. Harganya masuk jika aku hubungkan ke adiknya teman sebangku aku waktu SMP. 

Deal … order pertamaku lancar. 

Beberapa bulan kemudian teman abang datang lagi. Pesan dengan jumlah lebih banyak. Tapi harga minta lebih murah. Hal seperti itu tetap mudah untukku. 

Di bangku kuliah dan di dunia kerja, aku terhubung dengan lebih banyak orang. Banyak dari mereka berasal dari berbagai penjuru tanah air. 

Saat mereka perlu kaos dan berbagai jenis seragam, aku tentu saja sudah punya jaringan untuk memenuhi order. Tak hanya jaringan Bandung, tapi di berbagai kota.

Setelah Aku menikah dan punya anak, semua jaringan tetap terjaga bahkan bertambah. Tongkronganku saat itu adalah studionya anak-anak design. 

Proses print digital mempermudah kami di studio untuk menggarap order satuan atau grossiran. Terkadang kami kerjasama untuk menggarap print digital diatas barang-barang seperti : pin, gantungan kunci, mug, tumbler/botol, piring, tote-bag, kain, daaaan tentu saja kaos juga.


Kalau aku punya mesin pin diameter 14 cm, maka temanku beli mesin pin diameter yang lebih kecil. Teman yang lain beli mesin print mug atau print kaos digital. dengan itu kami bisa saling oper orderan.

Dalam rentang waktu tersebut, aku menggarap berbagai orderan, kecil ataupun besar. Termasuk menerima order seragam di sekolah anakku. Satu sekolah muridnya kira-kira 720 orang.

Jadi kesimpulan, menurutku bisnis kaos dan seragam itu semudah bernafas, ahahaa lebay ngga nih? 

Ya gambarannya kira-kiranya begini, misal saat menghirup nafas aku mendengar orang perlu kaos atau seragam, maka saat menghembus nafas aku sudah tahu, siapa di jaringanku yang bisa memenuhinya. 

Langkah selanjutnya, menjaga kontak kesana dan kesini. Bikin kontrak atau perjanjian ke pemesan dan penerima pesanan. Posisiku lebih banyak dalam mengkonsep,dan men-design gambarnya. 

Selanjutnya mengorganisir berbagai sumber daya. Kucoba berdiri di dalam sebuah jaringan suplay dan demand, menjaganya agar adil dan seimbang. 

Sudah, begitu saja .... 

Serius nih, ngga pernah ada kerumitan ? yaa sekali-kali ada. Aku melihat kerumitan tersebut, sebagai pelajaran terbaik dari Tuhan Yang Maha Mendidik. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa. 


Teman-teman yang udah baca tulisan ini boleh banget lho, ninggalin pesan di kolom komentar dibawah ini yaa ... 

Silahkan klik judul dibawah ini, untuk membaca juga, tulisan aku yang lain :

Bisnis semudah Tersenyum

Bisnis semudah bersenandung


#seriemak-emakdoyanbisnis



Wednesday, August 17, 2022

Bisnis Semudah Bersenandung

Mengantar makan siang anak ke sekolah, adalah momen bertemu orang banyak. Tercipta interaksi dengan sesama orang tua murid. Saat mendengar curhat, aku coba beri solusi. Bermula dari melontarkan ide, tiba-tiba terciptalah bisnis baru.

Salah satu yang sering bertemu denganku adalah Meri, kedua putri Meri kebetulan sekelas dengan anak-anakku. kami biasa bertemu saat sama-sama mengantar makan siang ke sekolah. Kami juga sama-sama menjemput anak, saat jam bubaran sekolah. 

Suatu saat Meri curhat bahwa putrinya ngga mau pisah tidur di kamar anak. 

"Sudah besar masih saja tidur bareng orang tua." keluhnya. 

Kebetulan aku kenal baik dengan kedua putrinya. Aku sering melatih mereka untuk pentas sekolah. Aku perhatikan ransel dipunggungnya, tempat pensilnya, sepatunya. Hmmm ... semuanya serba pink bergambar princess dari Disney.

Aku beri ide pada Meri, untuk menghias kamar putrinya dengan segala sesuatu berbau princes. barangkali itu menjadikan mereka betah berlama-lama menikmati kamar mereka sendiri. Dan berangsur menjauh dari kamar orang tua.

Dia kaget sekaligus senang, saat mendengarnya. Dia ingin mencoba ide itu. Aku diajak melihat kamar putrinya.

Di kamar itu, aku mencatat beberapa hal, yang bisa didekor dengan nuansa princess dan warna serba pink. Diantaranya adalah : 

- sprei, sarung bantal guling dan bed cover diganti thema princess

- head tempat tidur, juga perlu dibikin senada dengan cover berwarna pink

-       gorden kamar diganti dengan warna senada dengan area tempat tidur

- ada container plastik tiga laci, bisa dibuatkan taplak diatasnya dengan saku-saku penyimpanan di kanan kiri

- ada kaleng tempat menyimpan koleksi kertas kado, bisa dicover juga

- ada tempat tissue, ini bisa dihias dengan boneka princess berbaju manik-manik pink

- area tembok yang kosong, kupikir bagus jika dibuatkan tempat pernak pernik, lengkap dengan tempelan nama kedua putri Meri.

Nah ... Ide sudah aku berikan, Meri setuju dengan semua ideku. Tapi ternyata, Meri justru memintaku mewujudkan semua ide tersebut. Olalaaa … 

"Okelah hanya dan hanya, demi persahabatan aku bersedia melakukannya." begitu pikirku saat itu.

Selanjutnya, akupun mulai menjahit, meronce manik-manik, menghias kaleng tempat kertas kado dan berbagai pekerjaan lain. Semua kulakukan di rumahku. Kami merahasiakan hal ini dari keluarga Meri.

Dua Minggu kemudian semua selesai… Tibalah saatnya kami menghias kamar putri Meri. 

Dan taraaa ... Kini kamar selesai disulap jadi bernuansa princess dan serba pink. 

Kami menunjukkan pada putri Meri sebagai kejutan sepulang mereka dari sekolah. Dan aku sangat terharu dan bahagia melihat secara langsung reaksi kedua putri Meri berjingkrak gembira atas  perubahan yang drastis pada kamar mereka. 

Meri puas dan menganti semua biaya, berikut ongkos pembuatannya. Sejak itu putri-putri Meri tidur di kamar mereka sendiri, tidak lagi tidur di kamar orang tua. masalah selesai yaaa ... 

Ternyata ... Kejadian ini cepat beredar dan jadi bahan pembicaraan diantara murid-murid. Selanjutnya beredar pula diantara orang tua murid. 

Dan tahukah kalian … tiba-tiba aku dapat telpon dari Ibunya Reina. Dia minta kamar Reina didekor juga. Bagaimana bisa nolak, Ibunya Reina juga sahabatku. Oke, ini proyek kedua. Sebagian pekerjaan aku kerjakan sendiri, sebagian mulai aku delegasikan pada pihak lain.

Setelah itu, berturut-turut proyek selanjutnya : kamar Hana, kamar Gina, dan seterusnya. Semua didesain secara custom sesuai selera dan kebiasaan masing-masing anak. 

Bukan hanya kamar anak-anak perempuan. Aku juga dihubungi oleh sesama orang tua murid untuk mendekor kamar anak laki-laki. misalnya kamar Falih dan Pasha. Tentu saja dengan nuansa yg maskulin. Misalnya Pasha memilih Thema Valentino Rossi pembalap favoritnya, untuk thema kamarnya. 

Begitulah ... bisnisku saat itu, dimulai dengan memahami masalah orang, menawarkan ide yang memberi solusi, lalu aku bertanggung jawab mewujudkan ide tersebut hingga tuntas. 

Sejujurnya ... Akulah yang menikmati semua detail prosesnya. Sebab menjahit dan membuat craft adalah hobby ku. Dan secara pribadi ada  kepuasan tersendiri setiap melihat ekspesi gembira anak-anak dengan tampilan kamar mereka yang baru. 

Pada akhirnya aku merasakan bahwa bisnisku ini semudah bersenandung ... 


Teman-teman yang udah baca, silahkan ya kalau mau nulis komentar di kolom yang tersedia dibawah.

Dan yang mau baca cerita bisnisku yang lain bisa klik link dibawah ini :

Bisnis Semudah Bernafas

Bisnis Semudah Tersenyum

#seriemak-emakdoyanbisnis




Bisnis Semudah Tersenyum

Dulu saat pindah ke kota ini, Aku memilih sekolah buat anak-anak terlebih dahulu ,  baru mencari rumah tinggal yang tak jauh dari sekolah, hahaa. 

Maklum yaa … si sulung pas naik kelas 3 SD, bersamaan adiknya masuk kelas 1 SD, dan satu lagi adiknya masuk TK. Tiga anak aku taro di satu sekolah, yang kebetulan ada TK dan SD nya sekaligus. 

Tibalah saatnya rapat orang tua murid. Entah kenapa, setiap aku menghadirinya selalu terpilih jadi ketua Korlas ( kordinator Kelas ). Bahkan kemudian menjadi sekretaris Komite di tingkat sekolah.

Ada beberapa tugas korlas, salah satunya mewakili orang tua murid untuk membantu dua orang guru wali kelas demi kelancaran belajar-mengajar di event tertentu.

Posisi ini membuatku akrab dengan berbagai pihak, mulai dari kepala sekolah, guru-guru , semua orang tua murid dan juga murid-murid terutama yang satu kelas dengan anakku

Korlas turun tangan saat ada kegiatan outing class, yaitu kunjungan murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah misalnya ke kantor pos atau berbagai musium. Korlas juga membantu guru wali kelas untuk persiapan berbagai lomba. Baik lomba antar kelas atau antar sekolah. 

Selain itu Korlas juga berbagi ide dengan guru wali kelas untuk persiapan pentas siswa di panggung sekolah. Aku melakukan semua tugas Korlas dengan enjoy. Toh anakku ada di kelas tersebut, aku bisa sekalian mengawasinya.

Pada suatu acara Buka Puasa Bersama di sekolah, setiap kelas diberi waktu oleh panitia untuk tampil di panggung. Pantangan bagiku jika tampilan kelas, diwakili hanya oleh murid-murid terlucu, tercantik, terpinter, atau ter... ter... lainnya. Konsepku adalah semua anak layak tampil di panggung. 

Dengan persiapan yg pendek, aku mengkoordinir orang tua murid. Menjelaskan konsep pementasan lalu membuat kepanitiaan kecil. 

Anak2 dibebaskan memilih peran yang kutawarkan sesuai minatnya masing-masing. lalu dipadukan dalam sebuah bingkai cerita. terciptalah ide pentas singkat padat dan mudah.

Setelah itu semua anak dilatih, Tarrraaaa …  anak2 tampil bagus dengan kemampuan mereka sebagai anak SD. Alhamdulillah ...





Nah secara pribadi, aku merasa sayang, kalau moment mereka tampil di panggung itu lenyap begitu saja. Maka aku abadikan dengan handycam. Sssttt ... sebenernya tuh handycam ini dibelikan bapak mertua, saat aku disuruh shooting pernikahan adik ipar. hihihi, property gratisan ini tuh.

Hasil shooting tersimpan dalam kaset mini-DV yang muat durasi cukup Panjang. Ya sudah, sekalian saja aku shooting penampilan semua kelas yang tampil di panggung. 

Hasil rekam dari mini-DV di-convert ke piringan DVD sebagai master. Kemudian DVD master di copy ke keping2 DVD lain. Hasil copy DVD ditempeli label lalu dilengkapi dengan cover bergambar. 

DVD Copy-an ini aku bagikan pada teman-teman sesama orang tua murid. Mereka mengganti ongkos copy berikut jasa shooting dan editing yang aku keluarkan. Terjadilah sebuah transaksi jual beli. 

Awalnya aku hanya merekam saja. Semua pekerjaan diserahkan pada sebuah perusahaan dengan bayaran tertentu. Karena kurang puas dengan hasil kerja mereka, sedikit demi sedikit aku belajar melakukan convert dan edit sendiri menggunakan komputer rumah. 

Desain label dan cover berikut peng-copy-an DVD juga dikerjakan sendiri di rumah.

Saat itu belum zamannya HP bisa merekam video, jadilah semua orang tua murid satu sekolahan memesan dan membeli copy DVD padaku. 

Begitulah seterusnya, aku membantu aneka kegiatan sekolah, sambil merekamnya. Dalam 4 tahun di sekolah anak-anakku saja, lahir lebih dari 20 VCD rekaman kegiatan sekolah yg dijual pada hampir seluruh orang tua murid. 

Jumlah murid kira-kira 720 siswa. dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Akhirnya aku hanya produksi saja, penjualan VCD diserahkan ke Tata Usaha sekolah, dengan berbagi fee.


Pernah ada temanku sesama orang tua murid, punya beberapa anak. Satu anaknya sekelas dengan anak bungsuku.  Tapi anak dia yang lain sekolahnya berbeda. 

Dia mengenalkan aku ke kepala sekolah yang lain itu. Dia memperkenalkan aku sebagai videografer dan video editor. Owalah ... mahluk-mahluk apa itu yang disebut temanku, akupun ngga tahu. 

Pertama mereka minta aku shooting wisuda sekolah, Akhirnya mereka langganan minta direkamkan untuk acara-acara khusus sekolah tersebut. Alhamdulillah...

Sejujurnya, Bisnis ini bener-bener ngga pernah direncanakan atau dikonsepkan. Mengalir begitu saja.  Keuntungannya lumayan besar. Modal berbanding laba, kira kira 20% : 80%. 

Waktu yang dibuang juga sebetulnya sedikit. Kita ngga cape secara fisik, sebab ini ranah kerja kreatif. Yang jelas kecapean adalah komputer dan printer, hehe heheee. 

Bisnis dijalankan dari rumah, tetap dekat dengan anak-anak, ini yang terpenting.

Ada pesaing ? Ya pernah, ada satu dua orang yang kemudian ikut bisnis seperti ini di sekolah. Aku ngga masalah sama sekali. 

Pertama, karena toh orang-orang di sekolah sudah terlanjur mencari aku untuk produk ini. 

Kedua, karena dari segi kwalitas, mungkin aku bukan yang terbaik, tapi aku sudah lebih dulu terlatih jatuh bangun di lingkup sekolah-sekolah ini. 

Yaaa misalnya, Aku mulai hafal berapa kaset mini-DV dan baterai cadangan yg harus kubawa saat shooting wisuda. Jadi saat kameramen baru kelimpungan, kurang ini - kurang itu, aku tenang-tenang saja. semua sudah siap.

Aku juga mulai hafal untuk Gedung tertentu bagaimana mengakali pencahayaannya. Aku hafal dimana sebaiknya aku berdiri untuk pengambilan gambar terbaik. Semua itu hasil try and error selama menjalani bisnis ini. Pendatang baru mungkin saja lebih jago dari aku, tapi terlambat belajar mengadaptasi sikon.

Hingga kemudian, ... terjadilah distrupsi. Beberapa orang mulai punya HP yang bisa digunakan merekam video. 

Kupikir inilah saat yang tepat aku harus segera hentikan bisnis ini. Beralih pada usaha lain yang jauh lebih menarik.

Waktu berlalu, hari berganti. Membuat pentas panggung adalah bahagiaku. Merekam dan mengedit pementasan juga sangat menyenangkan. Apalagi pas dapat uang dari sana, ahaaay senang sekali. Maka buatku menjalankan bisnis ini adalah semudah tersenyum.


Semoga ada waktu, pingin banget upload video-video tersebut ke chanel Youtube Puji Hasti. amin ...

Buat teman-teman yang udah baca tulisan ini, boleh banget ya kalau mau komen, silahkan ditulis dikolom dibawah ini. 

Dan yang mau lanjut baca cerita-cerita tentang bisnisku silahkan klik link judul dibawah ini yaa 

Bisnis Semudah Bersenandung

Bisnis Semudah Bernafas

#seriemak-emakdoyanbisnis


Tuesday, January 11, 2022

Sosis Bakar Plus Nobar di Bawah Gemerlap Langit Andara

Ketika matahari terbenam untuk terakhir kalinya di tahun 2021, persiapan tahun baruan justru baru dimulai. Pasukan mulai berpencar dalam tugas masing-masing. 

Si Sulung menyulap balkon tempat jemuran, menjadi area nonton kembang api. Dia menggelar meja lipat dikelilingi 6 bangku plastik. Diatas meja disusun alat makan dan minum, serta beberapa botol soft drink. Untuk penerangan dia menarik Kabel ekstension dan menggantung lampu pada treepot microfon, hihihi … ngasal banget !

Pada waktu bersamaan, adiknya menyiapkan ruangan untuk nobar (nonton bareng). Meja ruang keluarga di geser ke samping. Di tengah ruangan kemudian digelar karpet. Bantal-bantal kotak ditaburkan begitu saja. Diatas meja ditata dua teko berisi es jeruk. Di sekeliling teko disusun cangkir-cangkir plastik. Dicukupkan begitu sajalah.

Adiknya yang satu lagi, memasang intalasi audio visual, biar tayangan saat nobar rada cetar menggelegar. Untuk beberapa trouble dia konsultasi pada ayahnya. Dia juga sibuk men-download film yang akan ditonton. Aku yakin andai si bungsu tahu, pasti dia teriak

“ Aduuuh ngapain download siiiih, streaming ajaaaa …” haha haa, dia memang generasi streaming

Saat itu, si Bungsu sedang pergi membeli popcorn, demi melengkapi keceriaan acara nobar. “Mumpung lagi diskon.” katanya. Masih sempat mampir ke toko kriuk cari cemilan manis satu macam dan dan kriuk yang gurih satu macam. Lalu dia menghidangkannya di ruang keluarga. 

Aku sendiri, asik menyiapkan sosis bakar. Sosis diberi sayatan pada dua sisi lalu ditusuk dengan tusuk sate. Untuk saos aku ngga mau ribet, cukup kecap dicampur saos tomat dan saos ekstra pedas. Lalu dilumurkan pada sosis dan kudiamkan agar saos meresap ke dalam.  Rencananya akan dibakar nanti sehabis nobar. Tak lupa satu plastik french fries di-defrozen, biar nanti siap goreng.


Ahaaa … sekarang acara siap dimulai. 

Jam 20.00 kami sudah duduk2 santai untuk Nobar film Shang Chi. Sebagian dari kami sebenarnya sudah nonton film ini, maklum sudah dirilis oleh Marvel sejak September 2021. 

Tapi egepe lah, yang penting nikmatin suasana ngumpul-ngumpulnya. Untunglah film Shang Chi ini, tetep asik walau sudah ditonton berkali-kali.

Acara nobar yang berakhir sekitar jam 23.00 Kami masuk acara kedua yaitu bakar-bakaran. Hidangan yang biasa saja, terasa nikmat disantap beratapkan langit cerah bertabur bintang. 

Menyeruak aroma sedap aneka bakar-bakaran dari rumah tetangga. Ada aroma jagung bakar, ikan bakar, daging bakar dan lain-lain. Dari atas kami intip sekeliling , Tampaklah tetangga kanan kiri juga sedang bakar-bakaran. Semua terlihat ceria dan gembira. Akhir tahun yang indah pikirku.

Dari arah balkon, sejauh mata memandang, terhampar atap rumah dan gedung bertingkat dengan kerlip lampunya. Mulai dari barat , utara, timur dan selatan, Hampir 270 derajat kami bisa menikmatinya. Hanya saja dari arah barat daya, pandangan terhalang ruang cuci setrika si mbak. Yaaa … salah sendiri, hahaha  !!

Balkon menghadap Jalan Raya Andara, yang sudah sangat ramai. Orang berjajar di sepanjang pagar trotoar. Semua menunggu detik-detik pergantian tahun. Di tepian jalan, motor dan mobil rapi terparkir.


Jam 23.45 kembang api provokasi sudah mulai di luncurkan. Yang lain membalas dari beberapa arah yang tidak terduga. Orang-orang berlarian untuk mendapat posisi dengan view terbaik. 

Aku sempat terpana, saat melihat mobil odong-odong menurunkan ibu-ibu berdaster dan belasan kanak-kanak. Mereka berteriak setiap kembang api meluncur disusul pecahannya yang menyerupai bintang-bintang kecil dalam berbagai pola.

Jam 23.59 sejenak senyap, seolah semua orang sedang berhitung mundur. Lalu tepat jam 00.00 suara terompet melengking disana sini. Langit tiba-tiba menyala, berhias jutaan bintang dari ratusan kembang api. Bau mesiu tak mengganggu kegembiraan kolektif.

Hingga pukul 00.15 Langit Jakarta masih tetap meriah, langit Depok tak kalah, Sedangkan Andara posisinya di tengah-tengah. Perbatasan Jakarta dan Depok. 


Memang wajar orang memilih menonton kembang api di jalan Andara. Pemandangan ke berbagai arah terbuka.  Jalan Raya Andara mengapit ruas awal jalan toll Desari di kedua sisi. Sehingga terbentuk sedikitnya 8 jalur mobil. 

JPO di sisi utara

Ada JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) melintasi jalan toll di suatu ketinggian. Demikian juga putar balik Andara membentuk angka delapan, menghasilkan jembatan tambahan. jembatan-jembatan ini bisa dijadikan tempat menonton yang strategis.

Jembatan putar balik di sisi selatan

Malam tahun baru di Andara dengan pesta kembang apinya, tak ada panitia khusus, tak pernah juga ada undangan. Semua membakar kembang api atas kemauan sendiri. yang sekedar ingin menikmati ya tinggal menghadiri.

jam 00.30 ratusan sepeda motor dan juga mobil, berdesakan meninggalkan Andara entah kemana saja. 

Suara alam kembali hening, langitpun kini semakin bening. 

Kubisikan cita-cita diri, lalu kupanjatkan doa untuk keluarga, tetangga, saudara dan bangsa. 

Kukenang empat orang yang tak datang ... 

Selamat tahun baru, untuk kalian yang kurindu.


Teman-teman boleh banget kalau mau komentar atau sekedar tanya-tanya. Silahkan ditulis di kolom komentar dibawah yaaa. 

Baca juga petualang aku yang lain dengan klik link dibawah ini :

Tebing Koja, Wisata Dekat Jakarta yang Instagramable

Mencari Kuliner Halal di Street Food Pulau Reklamasi


#pestakembangapi

#tahunbaru2022

#sosisbakar

#nobarfilmshangchi

Wednesday, January 5, 2022

Mencari Kuliner Halal di Street Food Pulau Reklamasi

Penasaran pingin lihat pulau reklamasi versi terkini. Kabarnya kalau sore menuju malam,  di Pulau C ada street food. Sekalian pingin tahu China Town dan lihat sunset di pantai pasir Putih. Pasukan yang sedang kelaparan segera sepakat. Oke, Lets Go !!                                                                                                                                                     

Tebing Koja dan Danau biru Cisoka sudah kami tinggalkan jauh di Belakang. Pukul 14.00 sekarang. Masih terlalu siang Untuk pulang. 

Dipandu Google map lagi, kami bergerak balik ke Jakarta lewat pintu toll Balaraja Barat. Lalu menyusuri toll dari arah Merak ke Jakarta. Ketika bertemu Toll Lingkar Luar Jakarta kendaraan dibelokkan ke utara. 

Di persimpangan antara bandara Sukarno Hatta dan PIK (Pantai Indah Kapuk) kita pilih flay over, ke arah kanan. Yeaaay … kita sudah tiba di PIK 2 .

Turun dari fly over, langsung disambut pohon palm yang melambai anggun, berderet rapi di sisi kanan jalan. Sedangkan di kiri jalan berdiri megah gedung-gedung sekolah dan Yayasan Buddha Tzu Chi dan Tzu Chi hospital.

Tidak jauh melewati jalanan yang lebar dan rapi ini, kita naik jembatan untuk menyebrang ke pulau reklamasi. Pemandangan di depan mata adalah tugu putih berbentuk pilar-pilar lengkung. Di belakangnya sebuah pohon natal raksasa dengan hiasan kijang menarik kereta pembawa kado.

Di kiri jalan, langsung terlihat barisan tenda2 hijau. Ahaaa … inilah street food tujuan kita. 
Segera cari parkiran !


Berjalan kaki menuju food street, melewati taman bermain anak. Kemudian Kita masuk semacam gerbang berwarna biru melengkung setengah lingkaran. Tampaklah di satu sisi barisan stand kuliner  dengan tenda hijau, di satu sisinya lagi lebih banyak stand-stand berbentuk kubus yang eye catching

Meja makan dari kayu berderet rapi di tengah-tengah. Ini adalah area makan outdoor. Diatasnya Lampu2 bergantungan membentuk garis-garis lintasan yang cantik di sepanjang area street food.

Kami mulai berburu kuliner. 
Kaget juga, ternyata banyak tenda yg menjual menu babi. Sepertinya banyak pemilik stand adalah keturunan China. Tapi penjaga stand-nya banyak juga pribumi yang muslim, terlihat dari garis wajahnya ataupun jilbab yang dikenakan.

Karena kami semua sudah sangat lapar, sejak pagi berpetualang ke Tanggerang 

[ Yang belum baca, silahkan klik disini : Tebing Koja Wisata Dekat Jakarta Yang Instagramable ]

akhirnya kami bertahan disitu, dengan catatan berusaha memilah dan memilih menu yang paling aman untuk muslim. Yaa, pasti terkait dengan halal dan haramnya.

Pertama kali aku terhenti di stand rujak. Ahahaa ..., orang lapar niat makan rujak nih?
Tapi kebetulan berhadapan dengan stand wafel toping ice cream. Nah ini kayaknya halal deh. Pesan wafel dulu satu.

Saat memesan wafel, ternyata di sebelahnya ada stand aneka es buah, waah selain pasti halal ini mah seger banget. Pas buat buang cape di sore yang panas. Pesan deh Es teller dan es buah komplit, masing-masing satu porsi. Mangkoknya cukup besar, dan saat ditambah es serut jadi menjulang dari permukaan mangkoknya. Kayaknya bakalan kenyang banget deh.

Terhalang oleh kasir, masih satu stand dengan aneka es buah, ada nasi dengan menu yang Indonesia banget. Pesan satu porsi nasi dengan pepes. 

Kami mulai duduk-duduk di sekitar situ. Dekat kami ada kios burger. Nanya ke abangnya, ternyata beef nya bisa diganti chicken katsu. Yaudah ini juga bisa dipesan. 

Pas mau makan dibongkar dan dicermati chicken katsu-nya. Beneran ini mah daging ayam, ya udah pesan satu lagi.


Satu orang dari kami, masih berkeliling mencari makanan yang sreg. Lalu kembali bergabung setelah memilih Tacos Mexico isi daging.

“ Yakin halal ?” Tanyaku padanya.
“ Iya …, yang jualnya uda-uda Padang. Aku tanya halal apa engga. Dia sumpah bahwa tacos ini halal, isiannya ayam atau sapi.” Dia menjelaskan.

Oooh ya udah sih, kalau yg jual sesama muslim apalagi sampai bersumpah, ya sebagai pembeli kita di posisi aman.

Kami semua duduk menunggu, lalu semua pesanan diantarkan tak beberapa lama kemudian. Hampir semua makanan dan minuman menggunakan kemasan sekali pakai, lalu buang.

Aku bocorin aja, harga makanan dan minuman di food street Pulau C, buat ancer-ancer buat kalian yang belum nyicip kuliner disini.

Tapi ini harga Desember 2021 lho ya :

1. wafle dengan toping 3 macam es krim vanilla, strawbery dan coklat,  harga 35.000
2. es teller 50.000
3. es buah lengkap 50.000
4. nasi uduk pepes tahu 24.000
5. burger ayam 24.000 
6. tacos mexico satu dus isi 2 ,  isiannya ayam dan sapi harga 42.000 
7. es teh manis 5.000

Aku ngga tau, menurut kalian ini harga yg make sense atau tidak. Buat aku sih, ini bukan tentang belanja makanan tapi membeli pengalaman dan membayar suasana.

Acara makan sudah selesai. Semakin senja, langit beranjak redup. Lampu-lampu menyala, suasana jadi indah. Kami berjalan cepat dibawah lampu-lampu itu, untuk kembali ke parkiran. Niatnya pingin cepet ke Pantai pasir putih biar dapetin sunset

Tampaklah gerbang China Town di sebrang jalan. Cantik menggemaskan seolah memanggil kami untuk sekedar berfoto. 
Nyerah … kita mampir dulu lah sebentaran. Kenapa tidak !


Penasaran pingin masuk, tapi ternyata wajib scan bar code aplikasi peduli lindungi. Sedangkan diantara  kami ada yg belum di vaksin. Maka demi kekompakan, diputuskan untuk sekedar berfoto saja di bagian luar China Town. Aaah itupun serruu …


Setelah itu segera bergegas menuju Pantai Pasir Putih. Masih tetap dipandu Google maps, kami dua kali menyebrang jembatan penghubung antara dua pulau reklamasi, yaitu pulau C dan B.

Setibanya di lokasi ada Kejutan lagi. Terpampang pengumuman bahwa Pantai Pasir Putih ditutup untuk umum, OMG !! Mungkin antisipasi jelang perayaan malam tahun baru, entahlah.

Tapi anehnya koq sangat ramai, dengan tenda-tenda hijau yang mirip dengan street food di pulau C. Bahkan lebih ramai disini, mungkin karena ada live music-nya juga.

Akhirnya kami nekat parkir, dan coba lihat suasana pantai. Betul saja akses ke pantai di halang dengan road barier beton. Kebanyakan orang-orang duduk santai saja sambil makan dan cari angin.


Yaudah numpang foto-foto sebentar, kebetulan pas lagi sunset. Menyadari langit makin gelap, kami kembali ke mobil. Melewati dua kali jembatan, ke pulau B dan C lagi.
 
Dan Olalaaa … Dari ketinggian jembatan, tugu putih kini berwarna warni di tingkah lampu kelap kelip. Food street dan China town juga jauh lebih indah dengan gemerlap lampunya.

Google maps mengarahkan kami untuk menyebrang ke PIK lagi. Entah kenapa, dengan jalan memutar ke San Antonio Beach. Melewati blok Orchestra Beach dan Block Concerto Beach. 

Ruko di kiri jalan lebih banyak berbentuk kafe. Di pelatarannya parkiran cukup luas. Antara parkiran dengan jalan San Antonio dibatasi dengan jalur hijau berhias taman. Jalanan mobil luas dan rapi, pengerasan dengan paving block, di belah dengan jalur hijau ditengah-tengahnya. 

Lampu jalanan dan lampu kafe semarak diantara ramainya orang berlalu lalang. 
Daaan, kenapa ya, aku tak merasa sedang di Indonesia. Halu di malam hari kali yaa, owh Nooo ... !

Akhirnya kami menyebrang kembali ke pulau Jawa. Berdesakan di jalan toll yang macet berat. Di dua lokasi, kulihat Polisi sibuk menilang pengendara yang menggunakan bahu jalan toll. Aku cuma bisa nyengir. 

Lembut alunan lagu Ebit mengiring perjalanan “Aku Ingin Pulang ”. Petualangan hari ini sudah berakhir. Wellcome home ! Selamat datang kembali di kenyataan, hahaha ...


Buat teman2 yang mau tanya-tanya atau berkomentar silahkan tulis pada kolom dibawah. 
Simak juga seri catatan traveling aku di lokasi lain dengan klik link dibawah ini




Tuesday, January 4, 2022

Tebing Koja, Wisata Dekat Jakarta Yang Instagramable

Kali ini, iseng aja pingin refreshing ke destinasi yang masih seputaran JabodetabekNyoba googling, dapat ide buat jalan ke Tebing Koja di Tangerang

Sempat tercengang melihat foto-foto yang ditayangkan. Bukit batu besar, tampak seperti godzilla lengkap dengan kandangnya. Hei, heeei … koq keren banget ini tempat ! Kenapa juga aku baru tau.


Scroll ke bawah, nemu satu destinasi lagi, bernama Telaga Biru. Lho, ternyata berdekatan. Oke lah aku coba jalan kesana. Sekali jalan dapat dua tempat, bikin niat tambah mantap.

Besoknya, hangat mentari pagi menyalakan semangat, bagai menyeruput secangkir kopi beraroma sedap.

Cukup dipandu oleh Google maps, kami menyusuri jalan Toll Lingkar Luar Jakarta. Kemudian berbelok mengambil arah toll Jakarta - Merak. lalu keluar di gerbang toll Balaraja Barat.


Kami lanjutkan perjalanan, dengan melintasi Jalan Raya Serang. Hingga di suatu pertigaan, google maps mengarahkan kami untuk belok kiri ke jalan Raya Cangkudu - Cisoka. 

Beberapa kali menerabas genangan air, padahal cuaca cukup panas, aneh ! Penasaran, ku perhatikan tepi jalan. Saluran air terkadang mampet oleh sampah, jadi air justru mengalir di jalan raya, Hmm …

Matahari belum tepat diatas kepala, tapi prediksi kami, nanti di lokasi paling-paling cuma asik ekplorasi. Ya udah, kami amankan perut dengan lontong dan tahu isi.

Tiba-tiba, Google maps mengarahkan kami untuk berbelok tajam ke sebuah Gang bernama Pertigaan Pala. Mulailah kami menapaki jalanan dengan pengerasan coran. Jalanan hanya cukup satu mobil, pada saat berpapasan dengan sepeda motor, kami harus melambatkan kendaraan. 

Untunglah kupilih weekday untuk perjalanan ini, jadi rada sepi. Sempat satu kali berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan. Kudu saling pengertian dan mau mengalah. Mundur sedikit, mencari jalanan yg pinggirannya agak luas. 

Jalanan meliuk membelah sawah yang membentang. Terkadang  merunduk dibawah ribunan pohon yang meneduhkan di sepanjang kanan dan kiri jalan.


Terkadang juga melewati deretan rumah penduduk. Sering kami temukan warga memarkir sepeda motor di tepi jalanan yang aslinya tuh sudah sempit. 

Akhirnya tibalah kami di suatu tempat, dengan banner besar bertuliskan, 
“SELAMAT DATANG DI TEBING KOJA”

Ketika mobil dilambatkan, empat bocah berlarian menyambut kami. Penuh semangat mereka berteriak

“Parkir sini Bu, ayo-ayoo ... parkir sini.” Mereka mengarahkan kami untuk parkir di rumah warga. 

“ apa ngga ada parkiran khusus wisatawan ?” pikirku.

Lihat di Google Maps, sebetulnya kami belum sampai, tinggal sedikit lagi. 

“ Apakah betul, ini tempat parkir untuk ke tebing Koja ?” Tanyaku pada anak2 itu.

“ Betul … betul … betuuul !!” seru bocah-bocah itu hampir serempak.

“ Mana tebing Koja nya ?” Tanyaku lagi.

“ Masuk kesana, menyusuri gang di samping rumah ini !!” Suara parau seorang bocah, sambil mengarahkan telunjuk.

Hmm ... Ini adalah rumah warga. Halamannya kira-kira muat untuk 5 mobil. Sudah terparkir 3 mobil dengan plat B. Seorang nenek keluar dari dalam rumah melempar senyum sambil mengangguk.


Baru saja memutar stir untuk masuk parkiran, sebuah sepeda motor mepet menghampiri pintu supir. Pengendaranya seorang pemuda berkaos hitam, bertanya,

“ Permisi, Ibu dan rombongan mau ke Tebing Koja ? Bukan disini tempatnya. Maju sedikit lagi baru sampai.” Katanya serius tanpa turun dari sepeda motornya.

“ Engga, engga … dia bohong ! Ini sudah sampai di tebing Koja.” Seru bocah-bocah itu ramai.

 “ Ibu, mau ke Tebing Koja kan ? Bukan di sini, beneran … maju sedikit lagi. Kalau di sana, ibu bisa naik perahu. Kalau dari sini, jalannya juga harus lewat kuburan.” Sorot mata pemuda itu melempar suatu isyarat yg kuat. 

Tapi bocah-bocah tetap bertahan. Mereka beramai-ramai meneriaki pemuda tersebut dengan sengit.

O’ow drama apa ini ? Kupikir aku harus segera memutuskan. 

“ Oke, makasih arahannya ya Mas. Tapi ngga apa-apa, kami parkir disini saja.” Kataku berusaha sopan pada pemuda itu. 

Pemuda berkaos hitam, menyisir bocah-bocah itu satu per satu dengan pandang tak suka. Akhirnya dia berlalu tanpa pamit.

Sejujurnya, keputusanku hanya terdorong oleh kesungguhan bocah-bocah umur 11 tahunan ini. Dan aku tak ingin menghempas senyum seorang nenek, yang berdiri penuh harap di depan pintu rumah.

Setelah rapi memarkir, Nenek tersebut segera menghampiriku sambil menyodorkan karcis kecil bertulis Parkir Rp.10.000. 

“ Apakah harus dibayar sekarang ? Ataukah nanti saat kami pulang ?” Tanyaku dengan sikap dan nada sesopan mungkin.

“ Sekarang saja, jadi nanti tinggal pergi.” Jawab nenek tersebut.

“ Baiklah Nenek, kalau begini peraturannya.” Bisik hatiku. Sambil beramah tamah dengan obrolan ringan, kuserahkan uang sesuai tarif.

Urusan parkir selesai dan bocah-bocah itu bubar. Tapi ada satu bocah dengan baju koko selutut, mengikuti kami. Dia menunjukan pada kami, jalan menuju Tebing Koja. Masuk gang dengan lebar sekitar satu meter, tepat disamping rumah nenek tadi.

Jalanan lurus diberi pengerasan paving block, melewati  sekitar sepuluh rumah. Ada induk ayam, menyebrangi paving block, mengawal anak-anaknya. Ada tiga kambing, bergegas belok menghindari berpapasan dengan kami. Oh Tuhan … ! 

Setelah itu jalanan hanya tanah lembab. Hmmm … suasananya seperti di belakang rumah nenekku di sebuah dusun terpencil di Jawa Tengah.

“ Maaf karcisnya bu, per orang Rp.5000.” Dua pemuda menyapa dengan senyum ramah.

“ Oh, oke. Boleh saya lihat karcisnya ?” Aku cuma cari aman, sebab tak kulihat ada semacam gerbang atau pintu masuk area wisata.

“ Maaf Bu, karcisnya habis, sedang difotocopy lagi.” Aku merasakan ada getar dusta, tapi mau gimana lagi, aku cuma bisa tertawa. Kurogoh kantong dan membayar untuk enam orang.

Kamipun melanjutkan perjalanan ditanah yg terkadang datar terkadang menurun.
Lalu disisi kanan kami ada pagar rendah terbuat dari bambu. Dari sana tebing batu mulai tampak menyembul di antara semak yg menghalang pandang. 

“ Whaaa …,  akhirnya kita sampai juga !” Seruku 

Pada turunan terakhir, terhamparlah tebing-tebing batuan. Lumayan indah untuk membuang kepenatan akibat rutinitas.



Untuk mencapai tebing-tebing tersebut, kami harus melewati gubuk-gubuk (maaf-kumuh) tempat orang berjualan. 

Bocah dengan baju koko, masih menguntit kami. Kutaksir umurnya sekitar 12 tahun. Dia banyak menunduk dan sedikit tersenyum. Aku sapa dia,


 “ Hai Nak, maukah kamu tunjukkan, kemana kami harus bergerak pertama kali ?” Area tebing Koja ini, memang minim rambu atau petunjuk arah untuk wisatawan.

“ Mulai saja dari celah batu yang itu, Bu.” Katanya sambil menunjuk. Mata bocah ini selalu menghindar dari tatapan. 



“ Maukah kamu menemani kami keliling mengitari Tebing Koja ini ?” Tanyaku berusaha ramah.
Dia mengangguk, lalu bergegas berjalan mendahului kami. 

Setelah melewati celah batuan tersebut, ada semacam tangga terpahat di bebatuan untuk membantu orang mencapai puncak bukit kecil.

Di puncak, kuedarkan pandang ke sekeliling . Tebing yang menyerupai tembok panjang yang kulihat saat googling, terletak agak jauh dari kami. Harapanku nantinya aku bisa mendekati.

Sedikit berkeliling di puncak, ada semacam ceruk besar dibawah kaki kami.
“ Kalau Ibu mau, saya bisa turun kebawah untuk memotret ibu dan rombongan .” Si Bocah berinisiatif.

“ Oh gitu ya. Ya udah, ayo turun bareng Ibu saja. Biar nanti kita berdua yang motretin rombongan ibu.” Jawabku disambut anggukan kepalanya.


Sambil berjalan, Si Bocah beberapa kali menunjukkan spot yang cocok untuk selfie. Aku mencoba usulannya, Dan Haaai ... oke juga ide-idenya, dan bagus sudut pengambilan gambarnya. 


Bocah ini membantu memotret kami sekeluarga dengan HP kami masing-masing. Ternyata dia hafal dan sangat jeli menentukan sudut  pengambilan gambar. 

Kami berkeliling menikmati bebatuan besar menjulang. Pemandangan yang jarang kutemui sehari-hari. Tapi tebing panjang tak juga bisa kudekati. Ada juga batuan tipis dan tinggi yang bertuliskan larangan untuk didaki.

Daerah ini memang awalnya adalah tempat menambang pasir. Dan artinya semua bebatuan menjulang ini, adalah yang tersisa setelah seluruh pasirnya dikeruk. Kemudian hujan mengisi daerah2 yang rendah menjadi semacam danau.

Yaa ..., pada akhirnya menurutku lokasi ini memang instagramable, sangat cocok untuk tempat berfoto. Pantas saja menurut orang, Tebing Koja banyak dipakai sebagai tempat foto prewedding.

Hampir satu jam kami disana, hanya bertemu sekitar 4 rombongan lain yang bergantian datang dan pulang

Puas berfoto ria, kami putuskan segera kembali ke parkiran. Tak lupa memberi uang saku sepantasnya untuk si bocah berbaju koko. Dan dia terlihat senang.

Masuk mobil langsung nyess dingin, lupa kalau di luar cuaca Tanggerang cukup panas . Alunan lagu Fatin, “Bersama Pelangi dan Hujan” menawarkan suasana ceria

Mentari sudah tergelincir ke arah barat, dan kami masih ingin menuju Danau Biru. kemudian mengakhiri hari dengan 


Teman-teman ..., silahkan tinggalkan komentar atau pertanyaan, pada kolom yang disediakan dibawah. 

Dan silahkan simak juga seri traveling aku yang lain dengan klik link dibawah ini





#tebingkoja
#kandanggodzilla
#tebingkojatanggerang
#kojacliffpark