Notif WA dari
HP berdenting nyaring. Tarawih, tadarus, lantunan munajat masih berlanjut di
mushala keluarga, menyambut 10 malam terakhir Ramadhan.
Jam 02.00
malam baru sempat kulihat HP rupanya ada pesanan masuk dari temanku.
“ Mba saya
perlu produknya 26 pcs, tapi buat besok. Kirim ke kantor saya, Paling lambat
duhur. “
Seperti
biasa, Ramadhan aku ga terima order apapun. Bisnis sudah cukup di 11 bulan yang
lain. Tapi karena produk ini memang laba penjualannya untuk sebuah acara amal,
maka aku layani ordernya, ke-esokan paginya.
Kukirim padanya
update harga, motif produk ,berikut jumlah stok-nya. Cepat sekali dia memilih.
Dan lucunya ternyata dia bilang dia ngga bisa lihat semua pict yang kukirim. Nekat
dia memutuskan beli, berdasar gambar yang remang-remang saja. Maklum beberapa
hari pasca kerusuhan 21 & 22 Mei 2019, beberapa medsos drop untuk kirim-kiriman
foto apalagi video.
Tapi
transaksi terus bergulir. Aku segera packing semua produk berdasar pesanan dia.
Sesudah itu kukirimkan fotonya. Diapun segera mentransfer tagihanku, ditambah
ongkir go-send. Aku potret barang yang sudah dipegang abang gojek, lalu kirim
lagi via WA.
Satu jam
kemudian aku tanya apakah barang sudah diterima ? Dia jawab bahkan sudah
dibagi-bagikan pada karyawan-nya di kantor. Owh hahaha … pantesan milihnya
cepat dan jumlahnya banyak, rupanya buat dibagi-bagi toh.
Aku
bersyukur atas transaksi pagi ini, aku menjual dan dia membeli, sama-sama untuk
kegiatan amal. Indahnya Ramadhan ... , bulan berbagi.
Siang itu
terasa kering kupaksakan diri pergi ke sebuah hipermarket. Banyak pengunjung
toko memakai berbagai identitas kantor masing-masing. Sama denganku Mereka
belanja produk-produk untuk parcel lebaran. Tanpa canggung aku saling menyapa dan
saling berbagi info dengan pengunjung lain seputar produk isi parcel.
Saat
membayar di kasir kulihat banyak trolley berderet-deret dipenuhi barang-barang khas
parcel. Satu orang membawa banyak trolley.
Menyaksikan
ini, aku tertunduk berdoa semoga Allah swt membalas kebaikan orang yang berbagi,
dengan yang lebih baik, di dunia dan di akhirat. Dan semoga siapapun yang
mendapat parcel bersyukur pada Allah swt dan pandai berterima-kasih pada sesama
manusia
Indahnya Ramadhan ... , bulan berbagi.
Perjalanan
pulang langit mulai redup, jalanan macet. Aku baru sadar bahwa kami terlupa
beli sekedar untuk takjil. Ternyata jalanan lumayan macet.
Kucoba
menepis letih dengan mendengar radio. Ga sengaja masuk radio RRI seorang ustadz
NU sedang membahas Jihad dalam konteks kekinian. Kalimat-kalimatnya sejuk, ditengah
riuhnya berita kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019 yang mendengungkan Jihad melawan
pemerintah.
Tiba-tiba
kulihat kerumunan di perempatan jalan Fatmawati. Jujur saja sempat rada was-was
melihatnya. Lampu lalu lintas merah, mobilku tepat di garis perempatan jalan.
pemuda-pemuda berkemeja putih segera menyebar kearah pengendara motor dan
mengetuk kaca mobil yang berhenti.
Melihat
gayanya yang sopan, Aku coba buka kaca mobil.
“ Permisi Bu
apakah perlu takjil … berapa orang ya di dalam mobil?
“ Tiga … “
jawabku ragu.
Dia langsung menyodorkan tiga paket takjil. Akupun segera menyambar uang di dashboard. maksudku agar mereka bisa membagi-bagi takjil lagi besok sore.
“ Tidak
perlu bu, kami ikhlas koq.” Jawab mereka sambil cepat berlalu.
Jleb … ! Entah apa yang kurasakan, tapi air mata sudah mengalir perlahan di pipiku.
Kutatap 3 bungkus takjil berisi: air mineral, lontong dan pastel. Harganya
mudah saja ditebak, tapi ketulusan sikap dan tindakan mereka sudah meluluhkan
hatiku.
Dari spion
kulihat pemuda-pemuda itu masih terus berhamburan menghampiri kendaraan-kendaraan di
belakangku. Sebagian mengangkut kardus-kardus berisi paket-paket takjil,
sebagian membagi-bagikan kepada pengendara dengan sopan.
Oh tuhanku
… indahnya pemandangan seperti ini, kusaksikan di masjid-masjid dan
mushala-mushala, di komplek perkantoran, ditepian jalan dan di perempatan
jalan.
Indahnya
Ramadhan ... , bulan berbagi. 🙏🙏🙏