Tuesday, October 6, 2020

CINTA ala BARISTA

Seringkali sang waktu, menyelesaikan semuanya. Kekonyolan dimasa lalu, menjadi bahan tertawaan hari ini. Keangkuhan kala itu, menyisakan penyesalan kali ini. Kasih sayang … mengapa dia abadi di hati ?
*****************
“ Kamu pesan apa Asti ?” Nada bicaranya sangat lembut, lebih lembut dari lagu katon bagaskara yang diputar di kafe mungil Ini.
“ Affogato … “ Jawabku sambil membuang pandang ke arah jendela. Tak sanggup membalas tatapannya.
“ Ada lagi … hmm … ?” Nada yang memanjakan.
Aku menggeleng.
“ Untuk saya capuccino saja … open bill ya. Pesanan lain menyusul nanti.“ Kudengar Rio bicara pada seorang barista. Gerak tangannya mengisyaratkan agar barista itu segera menjauh dari kami.
Hening … kami berdua diam. Sejuta kata, hanya berkecamuk dalam dada. Kenangan lama, menari-nari di kepala. Antara tangis dan tawa, antara yang indah dan suram.
Terdengar jelas, suara emas katon bagaskara dalam reff :
“ Kau mainkan untukku sebuah lagu, tentang negri di awan. Dimana kedamaian menjadi istananya … “
Aaargh ... lagu ini menyeretku pada kenangan yang ingin kutendang. Hari-hari ketika kami tertawa penuh cita. Merancang sebuah pesta dan rumah sederhana yang bahagia.
Satu mug capuccino hadir dihadapan Rio. Dua gelas kecil disuguhkan untukku. Satu gelas bertangkai, satunya lagi gelas berkuping.


“ Yang ini es krim. Ini satunya lagi apa ?” Selidik Rio. Pandang matanya berpindah antara aku dan barista.
“ Yang itu kopi pahit arabika Gayo, Mas .” Barista itu menjawab, lalu membungkuk berpamitan untuk pergi.
“ Astagfirullah Astiii, jantungmu ngga akan kuat kena arabika. Ini bisa membunuhmu. “ Rio berbisik, matanya menatapku tajam. Tangannya kutepis saat akan meraih gelasku yang berisi kopi gayo.
“ Cinta kita seperti affogato Rio… “ Kataku tiba-tiba tanpa sadar. Rio diam terduduk.
“ Lanjutkan, aku mau dengar … “. Tatapannya penuh harap.
“ Awalnya, Dia lembut, manis dan lezat, seperti eskrim vanilla ini. “
“ Lalu … ?“ Entah kenapa, senyum tersungging dibibirnya. Seketika lesung pipit terbentuk dipipi.
Hening … kuambil gelas kopi arabika dan menyiramkanya di atas eskrim. Mula-mula warna hitam menjadi lukisan diatas dua bola eskrim. Perlahan eskrim itu tenggelam separuh, lalu sepenuhnya.
“ Lalu … bagaimana …?“ Desak Rio.
“ Lalu, hanya tinggal hitam, gelap, pahit.” Kuucapkan dengan penekanan.
“ Aaah … Begitukah menurutmu ?” Ada nada kecewa tapi tak mengurangi kelembutannya.
Misiku sudah selesai, semoga dia tak lagi menyimpan harapan padaku. Terlalu lama didekatnya, aku khawatir terjebak dalam romansa masa lalu.
Aku menyambar tas, berdiri dan mengeluarkan dompet. Setelah itu melenggang menuju kasir. Aneh, dulu Rio selalu mencegahku jika melihat gelagat akan mentraktir dirinya. Dia berubah sekarang ? Entahlah. aku enggan untuk menoleh ke arahnya.
Tiba tiba Rio mengejarku … menghadang dengan gelas eskrim ditangan.
“ Wooow Astiiii, kamu benar tentang cinta kita …”
Kulirik gelas yang sedang di aduk-aduk dengan sendok. Dia menyantap affogato-ku dengan lahap.
“ Ini tetap manis, tetap lembut, aromanya sangat kuat. Warnanya bukan gelap dan hitam. Lihatlah ini coklat muda. “ Tingkahnya macam salesman.
“ Plis Asti, Maafkan aku yang dulu … Ayo kita mulai lagi semuanya dari awal. Sebab cinta kita seperti affogato.” Pintanya setengah berbisik.
Aaargh … Affogato memang lezat. Aku, salah bikin analogi !!

*********

Cerpen "CINTA ala BARISTA" adalah Tugas 3.1 di kelas JW83
Satu kelas dapat challenge dari
Icha Wulandari
dengan promt "MANTAN !" . Soulmate-ku
Yessy Eria
, tetiba ngelirik ke arahku sambil ngakak. Sebab dia tahu, Aku paling ngga suka bikin cerita romance.
Masih mending tuh aku disuruh nulis cerita horor. Nulisnya sih lancar, cumaaa ... sambil merinding-merinding gitu. Coba deh, Klik link dibawah ini

Temen-temen, Boleh banget yaa, kalau mau nulis saran, pesan, atau pertanyaan di kolom komentar dibawah. Makasih ...





No comments:

Post a Comment