Tugas 3 IW-TG
Oleh : Puji Hasti
Guru Tanpa Kelas, Bangku dan Papan Tulis
Puji Hasti meniti Pendidikan formal sejak SD hingga kuliah di kota Bandung. Mengejar prestasi di bangku sekolah hanya demi bakti pada kedua orang tua dan tekadnya untuk keluar dari kemiskinan.
Jauh di lubuk hatinya, selalu terpikat pada pada hal-hal diluar pendidikan formal. Maka masuk berbagai komunitas dan berorganisasi adalah jalan keluar yang ditempuhnya. Disanalah dia mendapat banyak Guru sesuai bidang yang ingin ditekuninya.
Memulai pencarian guru di umur 12 tahun. Bertemu guru yang melatihnya diskusi, debat, hingga pidato. Anak yang baru saja meninggalkan bangku SD itu menangis di depan audience saat dicecar 7 mentor untuk mempertanggung jawabkan kalimat demi kalimat dalam pidatonya.
Umur 13 tahun, pernah disetrap tengah malam di sebuah lapangan sambil berteriak-teriak
“ I am a leader, what is a leader, leader is one who, know the way, try the way, goes the way. dst … dst “
Tapi saat itu udah ngga cengeng lagi. Ga mau nangis, walau kaki pegal dan suara sampai serak.
Semakin dewasa tumbuh kesadaran bahwa kerasnya tempaan guru-guru adalah demi kebaikan murid.
Tak henti Allah swt mengirim guru-guru untuknya. Yaa Guru tanpa kelas, bangku dan papan tulis. Mereka guru kehidupan.
Trailer kisah-kisah ini ditulis dalam buku Antologi Puji selanjutnya, yang berjudul GURUKU TERSAYANG. Dan edisi lengkapnya insya Allah tayang dalam buku solo, Amin.
Puji Hasti mengasah kebiasaan menulis dalam blog pribadi.
Tahun 2020 terbit buku antologi pertamanya berjudul “TOGA UNTUK NEGRI”. Disusul dua buku selanjutnya berjudul “GREAT MISTAKE” dan “LEBARANKU DI LOCKDOWN”.
( Sssst … btw kenapa coba, Puji Hasti saat ini nulis kayak ginian doang di lembar ini ?
Sebab, ini adalah tugas dari guru menulisnya, yang rajin mantengin karya harian para murid, hihihi. Maaf guruku, edisi seriusnya nanti dikirim japri deh ya, wkkk .
Ampuni aku ya guru, aku ini murid bandel. Hee ... )
No comments:
Post a Comment