Tuesday, July 2, 2019

Belitung (1) Nenekku Di Gantung Di Manggar



Belitung adalah tentang kerinduanku pada Nenek Fatimah, Ibu kandung dari ayahku.


“ Buuuu..., mbah putri itu lebih sayang ke aku atau lebih sayang ke ibu sih ?” Tanyaku suatu saat, dalam perjalanan pulang dari rumah Mbahku di Desa.
“ Lebih sayang padamu Nak … “ Jawab Ibu lembut tapi pasti.
“ Bagaimana Ibu tahu ?” Tanyaku penasaran. Ibu senyum. Yaa … di masa kanak-kanak, aku selalu bikin pusing ayah dan ibu dengan pertanyaan yang banyak. Semakin dijawab semakin membuka pertanyaan baru.
“ Ibu tahu, sebab mbah putri selalu minta ibu membawamu serta, kalau tahu ibu mau pulang ke Desa. Mbah putri menyukaimu saat dirimu bernyanyi, menari, bicara atau menangis. Dia menyukai apapun darimu.”
Aku membayangkan lagi ekspresi wajah mbah putri saat mengamati ulah dan tingkahku. Memang selalu tersenyum atau tertawa setiap menatapku.
Ada lega dan bahagia mendengar penjelasan ibu, bahwa aku dicintai oleh nenekku. Rasanya ingin balik lagi ke desa dan kupeluk lamaaa mbah putriku yang penyayang pada cucu-cucunya.

Kulirik ayah … kerjanya di kereta adalah membaca buku. Di manapun ayah memang selalu membaca buku.

" Ayah … apakah Ibunya ayah juga akan sayang padaku, seperti mbah putriku dari ibu ?
Kutatap ayah … diam menelan ludah. Tak sanggup menjawab, ayah berpaling memandang keluar jendela gerbong kereta. Aku merasa bersalah karena membuat ayah bersedih, mungkin karena ingat Nenek yang sudah wafat.
Aku beralih menatap ibu, yang segera meraih tubuhku, memeluk dan mengusap-usap rambutku.
“ Nenek Fatimah pasti sangaaaat mencintai anak sepertimu.”
“ tapi kenapa aku ngga pernah dibawa ke makam Nenek Fatimah, Bagaimana kalau Nenek Fathimah kangen aku ?”
“ Jauh sayaaang … Di Gantung di Manggar.” Jawab ibu
“ Whaaaa … nenek di gantung ? Kenapa koq digantung ? “ Aku terkejut. Ibu malah tertawa sambil memandang ayah.
“ Memangnya Manggar itu apa sih Buuu ?” Masih tertawa, ibu menunjuk satu bagian dari pohon kelapa yang berderet-deret dipinggir rel kereta
“ Itu Manggar … “


Lalu Ayah dengan gayanya sebagai seorang guru mencoba menjelaskan
“ Manggar dan Gantung adalah nama tempat di Pulau Belitung bagian Timur. Disana Ibuku fatimah, mengasuh dan membesarkan aku dan adik perempuanku. Disana juga beliau wafat dan dimakamkan, tak lama setelah melahirkan anak ketiga.  Sedangkan aku lahir di sebuah Rumah sakit di kota Tanjung Pandan. Nah kalau Tanjung Pandan, ini masuknya Belitung Barat.”

Aku berusaha keras mengingat-ingat semua yang ayah katakan. Harapanku , jika suatu saat semua cucu Nenek Fathimah lupa, di mana makam beliau,  setidaknya aku masih mengingat nama tempatnya.

Aku membuat cara untuk mudah mengingatnya, yaitu dengan mengulang perkataan ibu
“ Di Gantung di Manggar, di Gantung di Manggar, di Gantung di Manggar. ” 

Kereta melintasi terowongan, aku ketakutan dan berusaha tidur dipangkuan ayah. Bunyi roda kereta yang awalnya terdengar jes gujes jes gujes, lama-lama terdengar jelas berbunyi “ Di Gantung di Manggar … di Gantung di Manggar.“ 
Kalimat yg mungkin terdengar menyeramkan untuk orang lain, sekarang malah terdengar lucu dan menentramkan. 

Oooh … aku bayangkan yang sedang mengayun dan memelukku bukan ayahku tapi nenek Fatimah. Hemmmm ... Sungguh bahagia punya Mbah Putri dan Nenek, yang menurut Ibuku pasti menyayangiku.

Kini ... setelah dewasa, aku bersyukur karena pernah diberi-tahu, makam nenek nun jauh di Pulau Belitung. Dengan tambahan info " Gantung dan Manggar ". Entah apa yang ada di Gantung, dan entah apa yang ada di Manggar. Di masa kanak-kanakku,  sesuatu di luar pulau Jawa adalah tak terjangkau.


   Catatan :

Baca kisah-kisahku selanjutnya dengan klik judul dibawah ini :

Belitung (2) Akan Kupamerkan Rapor & Ijazah Ayah Pada Nenek

15 comments:

  1. Hmm seru cerita nya lanjut dong.. 😁

    ReplyDelete
  2. yuk agendakan kesana yuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gimana kalau agendanya jangan jauh2 ntar malah ngga jadiiii, Juli 2019 ini aja yuk lah .... sambil ngga tau ini tuh yang nulis siapaaa ? wkkk namanya terbaca disini UNKNOWN

      Delete
  3. Waduhh ciri-ciri otw ke belitung nihh, bisa aja nih bunda. Hehehehe

    ReplyDelete
  4. Wah kita masih ada keluarga disana ga yah lik? Nice info nih, Berarti kita masih ada darah belitung yah 😆 jd pengen kesana 😆😆

    ReplyDelete
  5. Seperti terbawa pada suatu masa suatu tempat nan sunyi. Dan tentang sesosok nenek Fathimah, yang berdiri menunggu, seorang terkasih. Di bibir pantai, di antara pohon kelapa yang menjulang..di suatu senja yang bermandikan cahaya jingga, tentang harapannya pada seorang terkasih, gadis manis nan mungil berkucir dua yang menari lincah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh aduuh Mimosa saya banget banget nangis baca ini. Makasih yaaa ...

      Delete
  6. Lanjutannya buu... seruu... 🤗

    ReplyDelete
  7. Makasih untuk antusiasnya, membuat saya semangat menulis. Di akhir setiap cerita saya menulis judul cerita selanjutnya, berwarna merah yang bisa di klik. Silahkan itu lanjutan ceritanya yaaa ...

    ReplyDelete