Belitung adalah tentang kerinduanku pada Nenek Fatimah, Ibu kandung dari ayahku.
“ Buuuu...,
mbah putri itu lebih sayang ke aku atau lebih sayang ke ibu sih ?” Tanyaku suatu saat, dalam perjalanan pulang dari rumah Mbahku di Desa.
“ Lebih
sayang padamu Nak … “ Jawab Ibu lembut tapi pasti.
“ Bagaimana
Ibu tahu ?” Tanyaku penasaran. Ibu senyum. Yaa … di masa kanak-kanak, aku selalu
bikin pusing ayah dan ibu dengan pertanyaan yang banyak. Semakin dijawab
semakin membuka pertanyaan baru.
“ Ibu tahu, sebab mbah putri selalu minta ibu membawamu serta, kalau tahu ibu mau pulang ke Desa. Mbah putri menyukaimu
saat dirimu bernyanyi, menari, bicara atau menangis. Dia menyukai apapun darimu.”
Aku membayangkan
lagi ekspresi wajah mbah putri saat mengamati ulah dan tingkahku. Memang selalu tersenyum
atau tertawa setiap menatapku.
Ada lega
dan bahagia mendengar penjelasan ibu, bahwa aku dicintai oleh nenekku. Rasanya
ingin balik lagi ke desa dan kupeluk lamaaa mbah putriku yang penyayang pada
cucu-cucunya.
Kulirik
ayah … kerjanya di kereta adalah membaca buku. Di manapun ayah memang selalu membaca
buku.
" Ayah … apakah
Ibunya ayah juga akan sayang padaku, seperti mbah putriku dari ibu ?
Kutatap ayah
… diam menelan ludah. Tak sanggup menjawab, ayah berpaling memandang keluar
jendela gerbong kereta. Aku merasa bersalah karena membuat ayah bersedih, mungkin karena ingat Nenek yang sudah wafat.
Aku beralih
menatap ibu, yang segera meraih tubuhku, memeluk dan mengusap-usap rambutku.
“ Nenek Fatimah
pasti sangaaaat mencintai anak sepertimu.”
“ tapi
kenapa aku ngga pernah dibawa ke makam Nenek Fatimah, Bagaimana kalau Nenek
Fathimah kangen aku ?”
“ Jauh sayaaang
… Di Gantung di Manggar.” Jawab ibu
“ Whaaaa …
nenek di gantung ? Kenapa koq digantung ? “ Aku terkejut. Ibu malah tertawa
sambil memandang ayah.
“ Memangnya Manggar
itu apa sih Buuu ?” Masih tertawa, ibu menunjuk satu bagian dari pohon kelapa yang
berderet-deret dipinggir rel kereta
Lalu Ayah dengan
gayanya sebagai seorang guru mencoba menjelaskan
“ Manggar
dan Gantung adalah nama tempat di Pulau Belitung bagian Timur. Disana Ibuku fatimah, mengasuh
dan membesarkan aku dan adik perempuanku. Disana juga beliau wafat dan dimakamkan, tak lama setelah melahirkan anak ketiga. Sedangkan aku lahir di sebuah
Rumah sakit di kota Tanjung Pandan. Nah kalau Tanjung Pandan, ini masuknya
Belitung Barat.”
Aku
berusaha keras mengingat-ingat semua yang ayah katakan. Harapanku , jika suatu saat semua cucu Nenek Fathimah lupa, di mana makam beliau, setidaknya aku masih mengingat nama tempatnya.
Aku membuat
cara untuk mudah mengingatnya, yaitu dengan mengulang perkataan ibu
“ Di
Gantung di Manggar, di Gantung di Manggar, di Gantung di Manggar. ”
Kereta
melintasi terowongan, aku ketakutan dan berusaha tidur dipangkuan ayah. Bunyi roda
kereta yang awalnya terdengar jes gujes jes gujes, lama-lama terdengar jelas berbunyi
“ Di Gantung di Manggar … di Gantung di Manggar.“
Kalimat yg mungkin terdengar menyeramkan untuk orang lain, sekarang malah terdengar lucu dan menentramkan.
Oooh … aku bayangkan yang
sedang mengayun dan memelukku bukan ayahku tapi nenek Fatimah. Hemmmm ... Sungguh bahagia punya Mbah Putri dan Nenek, yang menurut Ibuku pasti menyayangiku.
Kini ... setelah dewasa, aku bersyukur karena pernah diberi-tahu, makam nenek nun jauh di Pulau Belitung. Dengan tambahan info " Gantung dan Manggar ". Entah apa yang ada di Gantung, dan entah apa yang ada di Manggar. Di masa kanak-kanakku, sesuatu di luar pulau Jawa adalah tak terjangkau.
Catatan :
Baca kisah-kisahku selanjutnya dengan klik judul dibawah ini :
Belitung (2) Akan Kupamerkan Rapor & Ijazah Ayah Pada Nenek
Belitung (2) Akan Kupamerkan Rapor & Ijazah Ayah Pada Nenek
Belitung (3) Dia Tetap Hidup Dan Mendapat Rezeki Disisi Tuhan
Belitung (4) Gantung, Rinduku Tak Bersambut
Belitung (5) Antara Manggar & Tanjung Pandan Kureguk Dua Rindu
Belitung (4) Gantung, Rinduku Tak Bersambut
Belitung (5) Antara Manggar & Tanjung Pandan Kureguk Dua Rindu
Hmm seru cerita nya lanjut dong.. 😁
ReplyDeleteashiaaap ... hehe
DeleteOw ow serasa baca cerpen
ReplyDeleteMakasih
Deleteyuk agendakan kesana yuk
ReplyDeleteGimana kalau agendanya jangan jauh2 ntar malah ngga jadiiii, Juli 2019 ini aja yuk lah .... sambil ngga tau ini tuh yang nulis siapaaa ? wkkk namanya terbaca disini UNKNOWN
DeleteWaduhh ciri-ciri otw ke belitung nihh, bisa aja nih bunda. Hehehehe
ReplyDeleteinsya Allah ... yuk ah .... hehehe
Deleteih seru, gimana tuh lanjutannya
ReplyDeletehehe ... segera terbit. Tunggu yaa ...
DeleteWah kita masih ada keluarga disana ga yah lik? Nice info nih, Berarti kita masih ada darah belitung yah 😆 jd pengen kesana 😆😆
ReplyDeleteSeperti terbawa pada suatu masa suatu tempat nan sunyi. Dan tentang sesosok nenek Fathimah, yang berdiri menunggu, seorang terkasih. Di bibir pantai, di antara pohon kelapa yang menjulang..di suatu senja yang bermandikan cahaya jingga, tentang harapannya pada seorang terkasih, gadis manis nan mungil berkucir dua yang menari lincah.
ReplyDeleteAduh aduuh Mimosa saya banget banget nangis baca ini. Makasih yaaa ...
DeleteLanjutannya buu... seruu... 🤗
ReplyDeleteMakasih untuk antusiasnya, membuat saya semangat menulis. Di akhir setiap cerita saya menulis judul cerita selanjutnya, berwarna merah yang bisa di klik. Silahkan itu lanjutan ceritanya yaaa ...
ReplyDelete